Temukan informasi tentang Kemendikdasmen, struktur organisasi, dan regulasi
Informasi Profil Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Informasi Publik Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Temukan kabar, siaran pers, pengumuman, dan dokumentasi resmi dari Kemendikdasmen
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
Informasi Umum
Beranda
Button Icon
Button Icon
PPID
Button Icon Beranda
Button Icon Profil
Temukan informasi tentang Kemendikdasmen, struktur organisasi, dan regulasi
Button Icon
Button Icon
Button Icon
Button Icon Informasi Publik
Informasi Publik Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Button Icon Publikasi
Temukan kabar, siaran pers, pengumuman, dan dokumentasi resmi dari Kemendikdasmen
Button Icon PPID
Atdikbud Kairo Dorong Tumbuhnya Penulis Muda Indonesia di Pendidikan Global

Diterbitkan pada: 29/07/2025

Bagikan:

Kairo, Kemendikdasmen – Komunitas akademik di Ismailiyyah, Mesir menyaksikan peristiwa bersejarah: peluncuran Jurnal Afro-Asia di Institut Afro-Asia, Universitas Terusan Suez. Sebagai jurnal akademik pertama di institut tersebut, acara ini dihadiri oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Abdul Muta’ali. 

Kehadiran Atdikbud KBRI Kairo tidak hanya menandakan jembatan diplomatik antara Indonesia-Mesir, tetapi juga pengakuan yang semakin tumbuh terhadap penelitian, penulisan, dan penyebaran pengetahuan sebagai pilar pendidikan berkualitas di seluruh benua.

Melibatkan peserta didik dalam penelitian dan menulis, terutama di tingkat pendidikan dasar dan menengah, bukan sekadar latihan akademis—ini adalah kunci untuk menumbuhkan kesadaran, kreativitas, dan pemikiran analitis. Menulis memberikan siswa sarana yang kuat, salah satunya untuk meningkatkan pemikiran kritis, serta menulis mendorong siswa untuk mengorganisir informasi, membuat koneksi, dan mengevaluasi berbagai sudut pandang.

“Menulis bukan hanya kemampuan teknis. Itu adalah denyut nadi pembelajaran, mencerminkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan keberanian untuk berinteraksi dengan dunia,” tekan Muta’ali saat menyampaikan pidatonya.

Kehidupan akademik, utamanya di pendidikan tinggi erat kaitannya dengan pengejaran pengetahuan, penelitian yang didorong oleh rasa ingin tahu, dan penyelidikan sistematis. Hasil dari upaya intelektual ini dibagikan kepada dunia melalui jurnal akademik, yang berfungsi sebagai platform untuk ide-ide, terobosan, dan diskusi kritis. 

“Peluncuran Jurnal Afro-Asia tidak hanya menandai kelahiran sebuah publikasi, tetapi juga komitmen bersama untuk mempromosikan keunggulan penelitian dan kolaborasi internasional,” ungkap Muta’ali.

Muta’ali juga menambahkan sebuah jurnal bukan sekadar kumpulan artikel. Ia adalah bukti hidup dari pencarian manusia akan pemahaman yang terus-menerus dan jembatan yang menghubungkan pikiran-pikiran bersemangat melintasi batas-batas. 

Jurnal Afro-Asia direncanakan terbit dua kali setahun, pada bulan Juli dan Desember, dengan tujuan memfasilitasi dialog yang ketat dan menampilkan kemajuan pendidikan yang signifikan dari perspektif Afrika dan Asia.

Atdikbud KBRI Kairo didapuk sebagai Mitra Bestari, atau mitra peninjau, untuk jurnal tersebut. Dalam pidato kuncinya, ia menekankan visi strategis: mengangkat Jurnal Afro-Asia ke jajaran publikasi ilmiah internasional yang terindeks Scopus. Muta’ali menekankan pentingnya tim editorial yang solid dan berkomitmen, jadwal yang dirancang dengan cermat, serta koordinasi berkelanjutan dengan pemangku kepentingan terkait.

“Mencapai dan mempertahankan status terindeks Scopus-indeks Scopus merupakan tantangan yang berat. Hal ini memerlukan konsistensi, tinjauan kritis, dan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap kualitas,” jelasnya.

Selain itu, mengatasi ancaman penghentian dan mempertahankan keunggulan membutuhkan kepemilikan bersama dan pengelolaan proaktif.

“Pengakuan internasional tidak diberikan dalam semalam. Itu diraih melalui visi, kerja keras, dan komitmen yang tak kenal lelah terhadap kualitas. Hanya ketika sebuah tim bersatu di sekitar nilai-nilai ini, sebuah jurnal dapat benar-benar meninggalkan jejak di dunia,” ucap Abdul Muta’ali.

Hal penting yang disoroti dalam pidato Abdul Muta’ali adalah seruannya agar Jurnal Afro-Asia menjadi jurnal akses terbuka. Akses terbuka memastikan bahwa pengetahuan ilmiah tidak terbatas pada pembaca yang mampu membayar atau pembaca istimewa. Jurnal ini akan terbuka tidak hanya untuk akademisi terkenal, tetapi juga untuk mahasiswa pascasarjana yang ingin mendalami termasuk akademisi Indonesia di Mesir, terutama mereka yang sedang menempuh program pascasarjana.

“Pengetahuan berkembang di taman terbuka, bukan di balik gerbang tertutup. Dengan menjadikan jurnal kami akses terbuka, kami mengundang kontribusi dari semua yang berani berpikir, bertanya, dan bermimpi,” pesan Muta’ali.

Sebagai informasi, Institut Afro-Asia di Universitas Terusan Suez mewakili misi mulia: meluluskan ahli dalam studi Afrika dan Asia yang akan mendorong kemajuan lokal dan regional. Lokasi strategis institut, dekat Terusan Suez, menjadikannya pusat pertukaran akademik dan budaya.

Peluncuran Jurnal Afro-Asia merupakan bukti komitmen institut untuk menghubungkan Mesir, Afrika, Asia, dan dunia global melalui penelitian, dialog, dan inisiatif pendidikan bersama. (Penulis: Atdikbud KBRI Kairo | Editor: Andrew Fangidae/Rayhan/Denty A./Seno Hartono)

Penulis: Rayhan Parady

Editor: Denty Anugrahmawaty

Berita Terkait