Jakarta, 14 November 2025 - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) kembali ditegaskan sebagai fondasi terpenting pembangunan manusia Indonesia. Dalam Gelar Wicara Apresiasi Bunda PAUD Tingkat Nasional 2025 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (12/11), pemerintah, akademisi, dan para penggerak daerah menekankan bahwa investasi pada PAUD merupakan langkah strategis untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (PDM), Gogot Suharwoto, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh Bunda PAUD di Indonesia. Ia menegaskan bahwa pembangunan karakter dan kompetensi anak dimulai sejak usia dini. “Pilar utama pembangunan manusia Indonesia yang unggul di masa depan adalah pendidikan anak usia dini yang bermutu. Perluasan layanan PAUD mengalami kemajuan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang ditandai dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 5–6 tahun mencapai 74,15%, serta 74,67% satuan PAUD telah menerapkan layanan holistik integratif (PAUD-HI) berdasarkan data DAPODIK, EMIS, dan BPS Tahun 2024. Pertumbuhan ini menjadi bukti hadirnya komitmen dan partisipasi semesta dalam mewujudkan PAUD bermutu,” paparnya. Meski capaian tersebut menggembirakan, masih terdapat sekitar 2,8 juta anak usia 5–6 tahun yang belum mendapatkan layanan prasekolah. Tantangan terbesar muncul dari keterbatasan infrastruktur, kualitas pendidik, kondisi geografis, hingga tata kelola layanan. Karena itu, strategi PAUD inklusif-holistik yang melibatkan pemerintah daerah, sektor kesehatan, lembaga keagamaan, komunitas adat, hingga organisasi masyarakat menjadi prioritas utama dalam memperluas akses dan pemerataan. Lebih lanjut, Direktur PAUD, Nia Nurhasanah, menegaskan kembali peran strategis Bunda PAUD sebagai penggerak utama di daerah. “Bunda PAUD adalah pilar kelima Partisipasi Semesta. Mereka bukan hanya tokoh seremonial, tetapi penghubung penting antara kebijakan nasional dan kebutuhan nyata masyarakat. Mereka memastikan setiap anak mendapatkan layanan PAUD Holistik Integratif yang berkualitas,” ujarnya. Di sisi lain, Guru Besar UIN Jakarta, Maila Dinia Husni Rahiem, juga menekankan bahwa kerja-kerja Bunda PAUD merupakan praktik nyata investasi manusia yang paling menguntungkan. Mengutip ekonom peraih Nobel, James Heckman, ia menyampaikan bahwa investasi pada PAUD mampu menghasilkan tingkat pengembalian hingga 7–10% per tahun. “Inilah alasan mengapa layanan PAUD harus menjadi prioritas. Ia tidak hanya membangun kompetensi anak, tetapi juga mencegah munculnya masalah di jenjang berikutnya,” katanya. Aksi Daerah dalam Memperluas Layanan PAUD Tak hanya itu, Aisyah, Bunda PAUD Provinsi Kalimantan Tengah, hadir dengan pendekatan kepemimpinan kolaboratif yang mampu memobilisasi perangkat daerah, tenaga kesehatan, guru PAUD, serta masyarakat. Ia menjelaskan bahwa kunci penggerak PAUD di daerahnya adalah kemampuan menerjemahkan kebijakan pusat menjadi bahasa yang mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. “Saya harus memastikan setiap pihak memahami perannya. Ketika dinas kesehatan, dinas pendidikan, kader posyandu, PAUD, dan orang tua bergerak bersama, layanan PAUD menjadi lebih kuat dan berkelanjutan,” ujarnya. Di lapangan, Aisyah aktif membangun jejaring antara lembaga PAUD, posyandu, dan puskesmas untuk memperkuat layanan Holistik Integratif—termasuk skrining tumbuh kembang, edukasi pengasuhan, dan pemantauan gizi. Ia juga menggerakkan kampanye literasi PAUD ramah anak, menyediakan ruang bermain berbasis alam, serta memperluas akses bagi anak-anak di daerah pedalaman melalui kerja sama komunitas lokal. Praktik baik ini berhasil meningkatkan angka partisipasi PAUD di beberapa kabupaten serta memperkuat dukungan pemimpin daerah dalam pendanaan layanan. Sementara itu, dari ujung timur Indonesia, Bunda PAUD Kabupaten Mappi, Inocentia Kelanit Agawemu, menghadirkan cerita ketangguhan khas wilayah 3T. Dengan medan sulit, akses transportasi terbatas, serta ketersediaan satuan PAUD yang tidak merata, Inocentia mengandalkan pendekatan berbasis kearifan lokal untuk memastikan anak-anak tetap mendapatkan layanan belajar. “Kami tidak bisa menunggu. Kami harus menjemput bola,” tegasnya. Ia membangun gerakan PAUD berbasis komunitas dengan melibatkan tokoh adat, pemuka agama, dan mama-mama Papua sebagai pengasuh lokal. Bersama mereka, Inocentia mengembangkan model PAUD Kampung menjadi ruang belajar sederhana yang memanfaatkan honai, balai kampung, atau rumah warga sebagai tempat stimulasi dini. Pendekatan ini memastikan anak-anak Mappi yang sebelumnya jauh dari layanan formal tetap mendapatkan kesempatan belajar, berinteraksi, dan tumbuh dalam lingkungan yang aman serta mendukung. Upaya tersebut kini menjadi rujukan bagi kabupaten lain yang menghadapi tantangan serupa.*** (Penulis: Ikke, Intan, Rona Uly/Editor: Ririn, Seno H./Fotografer: Irfan) Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat #PendidikanBermutuuntukSemua
Gelar Wicara Apresiasi Bunda PAUD 2025 menampilkan praktik baik dari dua figur inspiratif: Aisyah Thisia Agustiar Sabran dari Provinsi Kalimantan Tengah dan Inocentia Kelanit Agawemu dari Kabupaten Mappi, Papua Selatan. Dua daerah ini mewakili beragam tantangan dan keberhasilan implementasi PAUD di konteks yang berbeda.
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Laman: kemendikdasmen.go.id
X:x.com/Kemdikdasmen
Instagram: instagram.com/kemendikdasmen
Facebook: facebook.com/kemendikdasmen
YouTube: KEMDIKDASMEN
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemendikdasmen.go.id
Siaran Pers Kemendikdasmen: kemendikdasmen.go.id/pencarian/siaran-pers
#KemendikdasmenRamah
Penulis: Uly
Editor: Denty Anugrahmawaty
PaudDikdasmen
BSKAP
Dinas Pendidikan
Ruang Murid
Ruang GTK
Ruang Sekolah
Ruang Orang Tua
Ruang Pemerintah
Ruang Mitra
Ruang Publik
Ruang Bahasa
GTK
Itjen
Sekjen
Guru PAUD
Sekolah PAUD
Murid PAUD
Orang Tua
Sastrawan
Pegiat Literasi
Penguatan Pendidikan Karakter
Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan Guru