Diterbikan pada: 1 Oktober 2025
Pandeglang, 29 September 2025 – Di tengah derasnya arus teknologi digital dan ancaman adiksi gawai, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Komisi X DPR RI menegaskan kembali pentingnya penguatan karakter sejak dini melalui Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH). Program ini menjadi salah satu strategi kunci untuk memastikan anak Indonesia tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara mental, sehat secara fisik, dan kuat secara moral. Dalam kegiatan sosialisasi di Kabupaten Pandeglang, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Komunikasi dan Media, Arif Jamali, menyoroti ancaman brain rot akibat terpapar gawai yang berlebihan. Menurutnya, anak-anak kini tumbuh di era media sosial di mana banyak muncul video pendek yang memanjakan dopamin, ini membuat otak mencari kepuasan instan, menjadikan anak mudah cemas dan sulit fokus. “Gerakan 7 KAIH—mulai dari bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, hingga tidur cepat, adalah cara sederhana namun ilmiah untuk mengembalikan keseimbangan fungsi otak dan membentuk ketahanan karakter,” jelas Arif di hadapan ratusan pemangku kepentingan pendidikan. Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen, Rusprita Putri Utami, menegaskan bahwa pembiasaan baik ini bukan sekadar program jangka pendek, melainkan kebijakan nasional yang memiliki landasan kuat. Ia mengatakan, Pemerintahan Presiden Prabowo melalui Asta Cita keempat berkomitmen memperkuat pembangunan sumber daya manusia, pendidikan, dan karakter bangsa. Komitmen itu sudah diwujudkan Kemendikdasmen lewat Surat Edaran Bersama Nomor 1 Tahun 2025 yang melibatkan Kemendikdasmen, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Agama. “Kami mengajak Catur Pusat Pendidikan, keluarga, sekolah, masyarakat, dan media untuk memastikan 7 KAIH menjadi kebiasaan sehari-hari anak Indonesia,” ungkap Rusprita. Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana, mengingatkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan ganda, bonus demografi sekaligus ancaman stunting, di tengah era kecerdasan buatan yang berkembang cepat. “Bung Karno pernah menegaskan bahwa yang pertama harus dibangun setelah merdeka adalah national character building. Jika kita tidak menyiapkan generasi dengan karakter tangguh, kita akan kesulitan menghadapi peradaban baru. Konsistensi menjalankan 7 KAIH adalah investasi 10–20 tahun untuk melahirkan generasi emas yang cerdas, berkarakter, dan percaya diri,” ujar Bonnie. Bonnie juga menyoroti hasil survei internasional PISA 2022 yang menunjukkan penurunan kemampuan literasi dan numerasi Indonesia. “Ini alarm bagi kita semua. Pembiasaan gemar belajar yang menjadi salah satu pilar 7 KAIH sangat relevan untuk mengangkat kembali literasi dan numerasi anak-anak Indonesia,” tambahnya.*** (Penulis: Tim Puspeka, Destya/Editor: Denty, Seno/Dokumentasi: Shaka dan Tim Puspeka)
Penulis: Shaka
Editor: Denty Anugrahmawaty
PaudDikdasmen
GTK
Sekjen